Indah Sunrise Pusunglondon, Merapi
Table of Contents
Pendakian ke Gunung Merapi kali ini berawal oleh ajakan teman dari Semarang. Awalnya sedikit malas karena kupikir akan naik pada 31 Desember 2015 (malam tahun baru). Karena, merapi khususnya jalur yang paling Populer yaitu Selo pasti akan dipenuhi dengan para pendaki. Meski sudah dibatasi, 2500 orang itu tetap saja bikin antrian yang pasti cukup panjangi. Senter-senter akan terlihat seperti kunang-kunang yang berbaris tidak terputus dari New Selo Hingga Pasar Bubrah.
Setelah dikonfirmasi ternyata naik tanggal 1 Januari. Kalau begitu tentu akan sedikit berbeda, mungkin tidak akan seramai malam tahun barunya. Paling Cuma ketemu dengan beberapa pendaki yang turun siang itu.
Jum’at pagi yang hujan cukup membuat semakin mantap untuk berangkat menuju basecamp. Sekitar jam setengah tiga sore mulai berangkat dari rumah, Blabak-Ketep Pass- Selo adalah rute yang harus dilalui. Sambil Berharap jalan dari Blabak menuju Ketep sudah jadi, karena terakhir kali lewat ketika pulang dari “Andong” jalur ini masih dalam tahap pengerjaan.
Setelah bergeser dari jalan magelang jalan cukup ramai dari arah ketep – Boyolali. 5 menit kemudian terlihat begitu panjang, sebuah jalan dengan warna yang cukup menyilaukan. Ternyata proyek jalan beton ini telah selesai dibangun. Cukup nyaman meski tidak sehalus jalanan aspal. Cukup lega rasanya tidak lagi harus zig-zag untuk menghindari beberapa jalan yang berlubang.
Sekitar 10 Km jalan beton ini akhirnya pun kembali ke jalan beraspal yang pada akhirnya beberapa jalan masih berlubang dan baru kembali ke jalan beton sekitar 1 kilometer sebelum Ketep Pas. Selapas ketep ini jalanan akan memaksa kita bersabar karena kerusakan akut. Mungkin karena setiap hari dilewati truk-truk pengangkut pasir.
Sekitar jam 4 sore sampailah di Basecamp Barameru. Suasana basecamp nampak sepi hanya dengan beberapa pendaki saja yang masih beristirahat. Saya kemudian duduk di pinggir jalan sambil ngobrol dengan teman dari Sragen. Nampak beberapa pendaki yang memulai pendakian sore itu. beberapa lagi masih sibuk packing hingga akhirnya teman-teman dari semarang tiba di basecamp dengan sedikit sewot karena jalan dari ketep yang cukup membuat pegel.
Tak terasa jam sudah menunjuk angka 7:30 malam, selepas Sholat Isya’ kami segera berangkat. Tidak banyak yang berubah dari 1 tahun yang lalu. Mungkin hanya persyaratan administrasi yang sedikit lebih baik. Kios-kios di New Selo juga mengalami beberapa perbedaan dengan sebagian besar yang masih dalam tahap renovasi.
Jalan menuju Gerbang Taman Nasional sedikit berasa lain, jalan beton yang cukup membuat nafas terengah-engah ini nampaknya sedikit lebih panjang. Nampak ada satu kelompok pendaki di depan yang tengah istirahat di depan, sekaligus kelompok terakhir yang kami temui sepanjang perjalanan menuju pasar bubrah.
Selepas dari gerbang saya mengambil jalur sebelah kiri (Jalur Kartini). Kebetulan saja kenapa pilih jalur kartini, kami baru tahu kalau jalur utama ada batuan yang longsor pada saat turun. Beberapa saat kemudian kami sampai di pos 1. Tampak ada dua orang yang tengah istirahat di Shelter. Papan peringatan “Dilarang Mendaki sampai Puncak” sudah terpasang diatas pos 1 ini.
Setelah melewati jalan dengan sedikit berbatu akhirnya kami di pos 2, kami istirahat sebentar sambil mengamati langit yang begitu cerah. Hanya ada satu tenda berdiri di pos 2 ini. kami segera melanjutkan perjalanan menuju pos 3 (pasar Bubrah). Melewati Watu Gajah tampak tidak begitu ramai, hanya beberapa tenda saja dan bisa dihitung dengan jari.
Sekitar 30 menit, sampailah di Pasar Bubrah, beberapa tenda berdiri. Sudah lama sekali berada di pasar bubrah dengan suasana yang seperti ini. Meskipun tidak sesepi waktu pertama kali ke sini. Tapi cukup nyaman daripada beberapa tahun terakhir yang jam berapa saja sampai di tempat ini sudah bingung mau nyari tempat untuk mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri dan memasak kami semua langsung tidur
Suara azan begitu merdu dikumandangkan oleh rekan-rekan dari Wonogiri. Mata mulai terbuka, pengen rasaya untuk ikut jamaah sholat subuh. Tapi sepertinya badan terasa berat untuk bergerak sampai imam mengucapkan salam hehe... setelah sholat subuh dan membuat kopi hangat, bingung ini mau ngapain... mau ke puncak jelas ada Larangannya mau tidur lagi kok ya nggak keren.
Kepikiran untuk melihat Sunrise, dan sepertinnya puncak Pusunglondon bisa boleh juga. Kurang begitu dilirik sama pendaki merapi, biasanya di pikiran hanya ada puncak. Kalau naik lewat Sapuangin, Deles, Pusunglondon ini pasti dilewati setelah sebelumnya lewat bukit watulawang. Sayang, 6 bulan yang lalu hanya sampai di pos 3 jalur Deles.
Naik ke pusunglondon ini ternyata cukup enak... hanya jalan pelan saja tidak perlu istirahat dan singkat sudah sampai di puncaknya. Ketinggiannya sudah 2700 Mdpl, lumayan tinggi lah, hanya selisih 200 meter-an dari puncak Barameru. Pemandangannya cukup bagus juga dari sini, sunrise yang indah meski kami sedikit terlambat. Gunung lawu nampak kebiruan di sebelah timur. Dan berkas sinar kekiningan matahari pagi yang menyinari kota Boyolali begitu sedap dipandang.
Cukup lama juga di pusunglondon ini sambil sesekali menengok di sebelah selatan, puncak terlihat begitu dekat. Lereng menuju puncak juga tidak ramai seperti biasa dengan batu-batu bergelindingan. Di sebelah barat nampak berderet G. Slamet, G. Sumbing. G. Sindoro juga DT. Dieng di balik Pasar Bubrah. Setelah mengambil beberapa gambar kami turun kembali ke Pasar Bubrah.
Karena dosis kopi subuh tadi masih kurang, akhirnya ketiduran juga di tenda sampai jam 9 pagi. Dan sekitar jam 10 kami turun ke Basecamp. Rencana dari rumah kemaren mau sedikit bantu bersih-bersih, sapa tahu masih ada sisa sampah tahun baru, Trash bag juga sudah siap. Tapi nampaknya pendaki malem tahun baru pada rajin-rajin. Tidak ada sampah berceceran di jalan, hanya beberapa titik saja terdapat sampah sisa mie instan dan bungkus rokok. Itupun tidak sampai memenuhi trash bag.
Sesuai rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pendakian ke Merapi hanya diperbolehkan sampai di pasar bubrah. Ini tentu dibuat demi keselamtan bersama, kondisi puncak dengan batuan yang labil sangat rawan sekali. Longsoran bisa saja terjadi mengancam keselamatan.
Untuk yang baru pertama kali mungkin sangat kecewa sekali kalau tidak bisa sampai puncak. Akan tetapi jika kita bisa mematuhi aturan kita akan menjadi lebih terhormat dan tentunya sudah nmenakhlukkan apa yang seharusnya ditakhlukkan.
Kadang ada pertannyaan “lha terus ngapain kalau naik tidak sampai puncak, mendaki Gunung itu intinya kan Puncak“. Banyak sekali keindahan yang bisa kita nikmati di Gunung, Merapi itu tidak akan habis dijelajahi dan dinikmati keindahannya. Tentu dengan syarat kita mau menghilangkan pikiran bahwa naik Gunung itu harus sampai Puncak.
Post a Comment